Suhbah Sebagai Solusi Gangguan Interpersonal Skill Pada Generasi Z

0



Pasca runtuhnya Orde Baru pada 1998 perilaku masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan-perubahan yang tejadi dalam berbagai aspek. Pola interaksi, pola pergaulan, dan dinamika kehidupan masyarakat, kini cenderung mengabaikan nilai, norma, akhlak, moral maupun budi pekerti. Padahal, sejatinya, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa “Timur”, bangsa yang memiliki nilai-nilai budi pekerti luhur, kerja keras, berbudaya dan beradab. Gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa semua lapisan masyarakat mulai dari kelompok elit dan masyarakat biasa hingga remaja dan anak-anak sedang mengalami krisis karakter. Perubah perilaku ini akan menyebabkan banyaknya perilaku amoral atau demoralisasi ditengah-tengah masyarakat.

Dalil Suhbah

As-Suhbah merupakan salah satu amalan yang paling utama dalam usaha taqarub ila Allah. Kewajiban sebagai muslim adalah menegakkan kalimat Allah dan memakmurkan bumi, hal ini mustahil terwujud tanpa adanya rasa saling mencintai, rasa persaudaraan dan rasa kebersamaan. Oleh sebab itu agama Islam selalu mendorong persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. Syaikh Abd Al-Karim Al-Mudarris menyatakan bahwa hendaknya orang-orang yang beriman berpegang teguh dengan agama Islam dan tidak bercerai-berai yang pada akhirnya menimbulkan persengketaan, permusuhan dan saling serang satu sama lain. Hendaknya pula selalu mengingat kenikmatan akan hidayah Allah SWT bahwa hati mereka disatukan dalam ikatan persaudaran yang penuh cinta kasih sebagaimana diisyaratkan oleh QS. Ali Imran: 103.

Sedang Syaikh Najm Ad-Din Al-Kubra dalam menanggapai QS. Ali Imran: 103 bahwa yang dimaksud dengan Habl Allah (talinya Allah SWT) adalah semua hal yang menyebabkan seseorang sampai pada Allah SWT baik itu amal kebajikan maupun amalan-amalan lain yang mampu mendekatkan kepada Allah SWT.

Orang yang berpegang dengan tali Allah SWT adalah mereka yang mendekat kepada Allah SWT dengan amal kebajikan dan amalan-amalan lain yang mampu mendekatkan kepada Allah SWT. Orang yang berpegang dengan tali Allah SWT adalah mereka yang telah fana‟ dari dirinya dan baqa‟ (tetap) bersama rabbnya. Meninggalkan berpegang dengan tali Allah SWT akan menimbulkan perpecahan, baik perpecahan secara dhahir maupun batin.

Perpecahan dhahir adalah ia berpisah dari jama‟ah umat muslim lainnya. Sedang perpecahan secara batin adalah timbulnya bermacam hawa nafsu dan pemikiran serta ide-ide yang saling bertentangan satu sama lain yang yang memicu perpecahan umat. Hendaknya untuk selalu bersyukur bahwa orang-orang beriman disatukan dalam ikatan persaudaraaan dan cinta kasih dalam keimanan dan agama.

Pengertian Suhbah

As-Suhbah secara bahasa seperti yang diungkapkan oleh Ibn Faris dalam kitab Maqayis adalah berasal dari kata sahiba yang artinya membersamai, menemani sesuatu dan saling berdekatan dengannya. Darinya muncul kata as-sahib (teman) dan jamaknya as-suhbu, as-suhbani, as-uhbah, as-suhab, al-ashab (sekumpulan teman/ sahabat) seperti dalam contoh:”Ashab fulanun idza inqada, istashab al-rajula” yaitu mengundangnya untuk berteman dan mengiringinya, karena setiap sesuatu yang terus mengiringi sesuatu yang lainnya maka ia telah menjadikan sahabatnya. Oleh sebab itu maka kata ashab sering disematkan secara majazi bagi seseorang yang menganut, mempercayai dan meyakini suatu madzhab atau pemikiran tertentu. Seperti kalimat: Ashab Abi Hanifah (orang-orang yang menganut madzab Imam Abu Hanifah), Ashab As-Syafi’i (orang-orang yang menganut madzab Imam As-Syafi‟i). Sedangkan kata as-suhbah (dengan dhammah) bermakna al-mua‟syarah (bergaul, berinterkasi) seperti kalimat sahibuhu sama dengan „asyiruhu, as-sahib sama dengan al-mu‟asyir.

Sedang menurut istilah, kata as-suhbah tidak banyak perbedaan dengan makna bahasanya (lughatan). Ahli bahasa Arab Raghib Al-Isfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Garib Al-Qur‟an berkata “As-Sahib adalah teman, baik manusia, maupun hewan, tempat, ataupun waktu. Tidak ada perbedaan apakah ia mengikuti/ berteman dengan badan/ raga ataupun dengan pertolongan dan dukungan.” Sedang menurut Ibn „Asyur As-Suhbah adalah menemani dalam keadaan ramai maupun sendiri untuk menjaga keharmonisan dan keserasian. Maka disematkan kepada seorang suami kata sahibah, dan kata sahib bagi musafir beserta musafir lain. Kadang-kadang penggunaan kata ini menjadi meluas mencangkup pergaulan/perkumpulan dalam banyak kondisi termasuk jenis pergaulan yang buruk. Pakar bahasa Arab Al-Khalil Ibn Ahmad dalam kitabnya Al-‟Ain mendefinisikan dengan “Setiap keselarasan dan kesesuaian antar sesuatu maka itulah suhbah”

Aspek Suhbah

Aspek shuhbah menurut imam Al-Ghazali dalam kitab bidayatul hidayah:

  1. Membantu teman tanpa diminta
  2. Menyegerakan untuk membantu teman
  3. Menjaga rahasia dan menutup aib teman
  4. Berbicara dengan penyampaian yang bagus
  5. Melakukan hal-hal yang disukai teman
  6. Memberi maaf dan tidak mencela saat teman berbuat salah
  7. Senantiasa mendoakan teman
  8. Menyambung silaturahim dengan keluarga teman
  9. Empati kepada teman
  10. Menyapa teman terlebih dahulu
  11. Menghantarakan teman keluar rumah saat bertamu
  12. Menghargai teman saat berbicara

Wallahu A'lamu bi Al-Shawwab


Oleh: Ana Alfiana, Ketua KOHATI HMI Komisariat Iqbal Cabang Semarang

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top