Penyerahan Diri, Kemerdekaan dan Kemanusiaan

0
Oleh: Alwi Husein Al Habib, Kabid PA HMI Cabang Semarang, Penulis Buku HMI: Harapan Masyarakat Indonesia.

*Disampaikan dalam agenda Follow Up NDP BAB 4 dan 5 HMI Komisariat Fisip Cabang Kabupaten Bandung.

Hubungan manusia dengan manusia lain dan dunia bukanlah bentuk hubungan penyerahan diri sebagaimana konsep makna islam. Islam yang berasal dari kata aslama - yuslimu - islaaman memiliki makna penyerahan diri kepada Tuhan. Dengan demikian muslim adalah orang yang datang dan menyerahkan dirinya kepada Tuhan sebagai bentuk penghambaan. Hal ini sesuai dengan hadis yang menjelaskan bahwa dunia adalah penjara orang mukmin dan surganya orang kafir. Konsekuensi logis dari penghambaan adalah rela dipenjara dan dipaksa menjalankan ketentuan-ketentuan Tuhan (syariat agama). Sehingga orang yang ada di dalam penjara tersebut harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Tidak hanya itu, karena hukum sifatnya memaksa, penyerahan diri memiliki konsekuensi hukum yakni dengan balasan berupa dosa atau neraka.

Manusia tidak boleh memiliki bentuk penyerahan diri kepada sesama manusia atau dunia. Manusia hanya boleh tunduk dan berserah kepada kebenaran yang mutlak yakni Allah. Penyerahan kepada manusia dan dunia bukan hanya menjadikannya “budak” tapi juga membuatnya tidak memiliki kebebasan atau kemerdekaan individu. Hal ini disebabkan dalam manusia dan dunia banyak kebenaran yang bercampur dengan kebatilan. Berbeda dengan tunduk dan berserah kepada Tuhan, seperti yang telah dijelaskan dalam materi ikhtiar dan takdir, kemerdekaan yang hakiki adalah ketika manusia patuh kepada aturan-aturan Tuhan. Karena dalam aturan itu, terdapat kebenaran.

Menjalankan syariat dalam kehidupan sehari hari dapat dinamakan dengan nilai-nilai. Nilai berarti tolak ukur. Sehingga untuk mengukur ketaqwaan seseorang, bisa dilihat dari seberapa intens dia beribadah atau beragama. Misalnya shalat menjadi tolak ukur seseorang dikatakan menghamba (percaya) kepada Allah dan berbuat jahat atau pembangkangan terhadap syariat menjadi nilai (tolak ukur) seseorang tidak percaya kepada Allah. 

Konsep nilai ini juga sama dengan konsep “amal saleh”. Amal saleh adalah konsekuensi dari berkepercayaan (iman). Iman dan amal saleh bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang yang apabila salah satu diantara keduanya tidak ada maka sama dengan ketiadaan keduanya. Orang yang mengaku beriman kepada Allah, harus bertaqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jika beriman saja tanpa beramal saleh, sama halnya seperti iblis. Ia menjadi makhluk yang imannya ditolak oleh sebab ketiadaan amal. Juga seperti orang kafir yang amalnya ditolak oleh sebab ketiadaan keimanan.

Iman dan amal saleh merupakan manifestasi dari ketuhanan YME dan kemanusiaan. Hal itu menunjukan bahwa amal saleh yang berupa kegiatan yang berhubungan dengan manusia (habl min an-nass) adalah kelanjutan dari kepercayaan kepada Allah Swt. Pada dasarnya keimanan menghasilkan kemanusiaan. Tidak ada kemanusiaan yang lahir tanpa keimananan (kepercayaan) yang benar. Oleh sebab itu, tidak ada pertentangan antara kemanusiaan dengan ketuhanan. Apabila Tuhan menyampaikan hukuman, hal itu sudah pasti tidak bertentangan dengan hak asasi manusia. Justru malah hukuman itu menjadi sangat manusiawi ketika hukuman manusia dianggap tidak adil dan banyak celahnya.

Peniadaan Tuhan atau menyetarakan kuasa tuhan dengan makhluk lain dinamakan dengan syirik, orang yang melakukannya dinamakan musyrik. Konsep ini dalam al-Qur’an berbeda dengan konsep tandingan (andaad) yang menganggap adanya Tuhan selain Allah. Sedangkan syirik merupakan konsep menduakan Tuhan dengan makhluk lainnya. Baik syirkun maupun andaad adalah dua konsep kepercayaan yang salah. Pada bab dasar dasar kepercayaan dijelaskan bahwa kepercayaan yang salah tidak hanya menghambat peradaban bahkan berbahaya bagi kemanusiaan. Karena kepercayaan itu bisa menimbulkan kerusakan oleh sebab ketiadaan kebenaran di dalamnya.

Individu dan masyarakat

Individu berasal dari kata in yang artinya tidak dan divide yang artinya terbagi atau pecah. Sehingga individu mengandung makna dasar tidak terbagi. Manusia adalah individu yakni entitas yang memiliki satu kesatuan berupa jiwa dan raga. Selain itu manusia juga disebut sebagai zoon politicon yang artinya hewan yang bermasyarakat. Kemapanan makna manusia sebagai hewan yang berbeda dengan hewan lain juga disinggung oleh Murtadha Muthahari sebagai al-insan hayawan natiq (الانسان حيوان ناطق) yang berarti “manusia adalah binatang yang berbicara”. Perbedaan yang mendasar inilah yang menjadikan manusia berbeda dengan hewan pada umumnya. Istilah natiq yang kemudian kita kenal dengan ilmu mantiq ini menjadi diskursus menarik sebagai seni dalam berkomunikasi dan berpikir logis.

Manusia adalah individu merdeka. Namun, kemerdekaan itu dibatasi agar makna kemerdekaan tidak bergeser menjadi makna negatif. Batasan itu antara lain adalah agama, aturan, norma, kemerdekaan orang lain, dan hukum alam. Manusia yang mengganggu kemerdekaan manusia lainnya, berarti pada hakikatnya ia belum merdeka. Karena merdeka artinya lepas dan bebas tanpa ada intervensi pihak manapun. Mengganggu kemerdekaan orang lain artinya pikirannya diintervensi oleh potensi yang dinamakan kejahatan (hawa nafsu). Sedangkan potensi kebaikan, selalu mendorong agar menghargai kemerdekaan individu lainnya.

Manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan yang seimbang. Sehingga agar potensi kebaikan itu terus terjaga, islam memberikan sebuah doktrin berupa kehadiran malaikat yang digambarkan sebagai utusan Allah untuk menjaga manusia. Sebaliknya, untuk menggambarkan bahwa manusia telah melebihi batas kemerdekaanya, Allah menjadikan setan sebagai doktrin kejahatan. Namun meski dua potensi itu memiliki ukuran yang seimbang, bukan berarti tidak bisa condong kepada salah satunya. Ikhtiar merupakan bentuk kecenderungan kebaikan. Sebab ikhtiar yang berasal dari kata khairun yang artinya lebih baik, memiliki makna berusaha dengan menempuh jalan yang terbaik. Ikhtiar itulah yang bisa merubah kecenderungan manusia supaya menjadi manusia merdeka yang bernilai positif bagi sekitarnya.
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top