Manusia
diciptakan sempurna, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Tin ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا
الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
“Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan”
Dibekali
dengan akal, manusia mampu melakukan banyak hal. Salah satunya, menciptakan
sesuatu seperti robot. Robot merupakan alat yang diciptakan oleh manusia untuk
mempermudah pekerjaannya. Di antara keunggulan robot, ialah kekuatannya yang
lebih kuat jika dibandingkan dengan manusia. Manusia normal hanya mampu
mengangkat beban seberat 60 kg, akan tetapi robot mampu mengangkat beban hingga
berton-ton.
Selain
itu, robot juga mampu melakukan hal-hal yang berbahaya jika dilakukan oleh
manusia. Misalnya, menambang batu bara dari dalam bumi, karena diperlukan robot
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tanpa robot, manusia tidak mampu
melakukannya. Bukan hanya itu saja, robot juga mampu melakukan sesuatu secara
konsisten tanpa ada perasaan sedih, marah, galau, bahkan lelah. Berbeda dengan
manusia yang dipengaruhi banyak faktor, sehingga tidak mampu konsisten dalam
melakukan suatu pekerjaan. Lantas, apakah keunggulan-keunggulan robot tersebut
mengindikasi bahwa robot memang lebih unggul dibandingkan manusia?
Jawabanya
adalah tidak. Sebab, secanggih apapun robot yang diciptakan oleh manusia, tentu
saja masih unggul yang menciptakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui analogi
sederhana. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah (pengganti) di muka bumi
untuk melakukan perbaikan. Akan tetapi, ternyata manusia malah melakukan
kerusakan. Apakah itu berarti manusia lebih hebat atau unggul dari Allah SWT?
Tentu saja tidak. Begitu pun dengan manusia dan robot.
Robot hanya dapat melakukan sesuatu yang telah
di-setting oleh manusia. Robot tidak memiliki kehendak atas dirinya sendiri.
Sehingga robot tidak bisa menciptakan sesuatu atau melakukan sebuah inovasi.
Contohnya, palang pintu tol yang hanya bergerak naik maupun turun tanpa bisa
melakukan gerakan variasi atas inisiatif robot itu sendiri. Hal itu bisa
terjadi, karena manusia melakukan setting palang pintu agar bergerak sedemikian
rupa.
Selain
itu, perumpamaan lain seperti gajah dan manusia. Gajah lebih kuat jika
dibandingkan manusia. Lantas, apakah gajah lebih unggul jika dibandingkan
manusia? Gajah mungkin saja memiliki kekuatan lebih, akan tetapi manusia
memiliki akal yang bisa digunakan untuk menundukan gajah tersebut. Begitu juga
perbandingan manusia dan robot.
Kunggulan
robot tidak bisa disandingkan dengan keunggulan manusia. Manusia unggul
bukanlah manusia yang mampu mengangkat beban berton-ton, memotong besi dengan
tanganya, atau terbang seperti burung. Manusia unggul menurut Ki Hajar
Dewantara, ialah manusia yang mampu mengoptimalkan tiga hal. Di antaranya
cipta, rasa, dan karsa. Sejatinya manusia memiliki pemikiran yang dapat
menghasilkan suatu karya merupakan sifat cipta. Manusia memiliki hati untuk
bisa berempati dengan sesama merupakan sifat rasa. Manusia juga memiliki
dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu yang dia kehendaki merupakan
penggambaran sifat karsa.
Ketiga
sifat tersebut tidak dimiliki robot dan hanya manusia yang memilikinya. Inilah
yang menjadi pembeda antara manusia dan robot. Jika manusia dapat
mengoptimalkan tiga hal itu, maka manusia tersebut bisa dikatakan sebagai
manusia unggul.
Jika
menggunakan prespektif hadist Nabi. Manusia unggul didefiniskan sebagai manusia
yang dapat bermanfaat untuk sesama.
خَيْرُ النَّاسِ
أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainya” (HR. Ahmad)
Ketika
manusia hanya hidup memenuhi kebutuhan diri sendiri (berupa perut, mulut, dan
kelaminya saja) tanpa memikirkan kontribusi apa yang bisa diberikan untuk
manusia yang lain (umat). Maka, manusia seperti itu tidak bisa disebut sebagai
manusia unggul. Selaras dengan hadis Nabi SAW, Al Quran mengatakan bahwa
manusia unggul, ialah manusia yang paling bertakwa. Sebagaimana terdapat dalam
QS. Al Hujurat ayat 13:
“…Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertakwa”
Seseorang
bisa mendapatkan sebuah kemuliaan jika ada suatu keunggulan yang ia miliki.
Misal saja, seorang raja dimuliakan oleh rakyat, karena ia memiliki kekuasaan.
Seorang guru dimuliakan oleh murid karena ia memiliki ilmu untuk diajarkan.
Seorang bos perusahaan dimuliakan karyawanya karena ia punya uang banyak untuk
dibagikan. Begitu juga dengan orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia dimuliakan bukan karena warna kulit,
keturunan, harta kekayaan, dan kepintarannya. Akan tetapi, karena ketakwaanya
kepada Allah SWT. Manusia seperti ini bisa disebut juga sebagai manusia yang
unggul, karena keunggulanya yaitu takwa.
Wallahu
a’lam bi al showab
Oleh: Muhammad Wildan Maulana, Direktur LDMI Cabang Semarang