Pemuda, Kemandirian, dan Tantangan Masa Depan

0
Oleh: Alwi Husein Al Habib, Ketua Bidang PA HMI Cabang Semarang 

Zaman berkembang semakin pesat, cepat, dan membawa perubahan pada semua bidang baik pembangunan, tekhnologi, maupun kehidupan masyarakat. Tren global menjadi tantangan tersendiri bagi pemuda yang sebisa mungkin harus bisa beradaptasi. Setidaknya perubahan dahsyat yang harus ditangkap pemuda yakni dalam hal konektivitas, divergensi, identitas, pengetahuan, dan bisnis/perdagangan. Maka dari itu, sedari dini pemuda harus dilatih supaya dapat beradaptasi dan memiliki kemandirian dalam menghadapi tuntutan masa depan.

Terkait generasi muda Indonesia, pemerintah menghadapi permasalahan yang serius. Indonesia menjadi salah satu negara dengan SDM yang paling rendah. Pada tahun 2019, sebanyak 51% dari total tenaga kerja Indonesia merupakan lulusan SD. Dan yang lebih parah, sebanyak 20% generasi muda saat ini sedang tidak bekerja, tidak sekolah, serta tidak mengambil pelatihan khusus.

Di Indonesia, diprediksi bonus demografi mencapai puncaknya pada tahun 2030 mendatang. Pada tahun tersebut, pemuda digadang gadang mampu memiliki kemandirian secara intelektual dan finansial serta menjadi calon calon pemimpin di masa depan. Namun sebaliknya, apabila pemuda tak memiliki dua kemandirian itu, alih alih menjadi sebuah bonus malah menjadi ancaman yang serius bagi Indonesia. Maka dari itu, persiapan harus dilakukan sejak sekarang mengingat kita sudah memasuki era teknologi dan digital. 

Era digital berpotensi untuk mengubah setiap aspek kehidupan sehari hari. Hal ini berdampak pada bagaimana pemuda membuat keputusan, memperoleh pengalaman (experience), dan memikirkan untuk menciptakan model bisnis baru agar dapat mengoptimalkan rantai nilai yang lebih efektif dan efisien.

Dalam hal menciptakan model bisnis, pemuda saat ini dihadapkan dengan inovasi disruptif (disruptive innovation) yakni penciptaan pasar baru yang mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar, umumnya dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama.

Namun selain menjadi tantangan, hal tersebut juga menjadi sebuah kesempatan yang bisa diambil oleh pemuda. Maka dari itu, pemuda Indonesia harus mempersiapkan diri dari sekarang. Menjadi pemuda yang tidak hanya cakap dalam bidang keilmuan, tapi mampu menguasai pasar-pasar konvensional dan digital.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan pemuda dalam menghadapi masa depan. Terutama erat kaitannya dengan kemandirian.

Pertama, penguasaan tekhnologi. Kemajuan adalah keniscayaan. Tekhnologi akan terus berkembang dan menguasai semua bidang dari mulai industri sampai pendidikan. Penguasaan tekhnologi ini tidak hanya berkutat pada keterlibatan di sosial media. Lebih daripada itu, untuk menciptakan kemandirian intelektual dan finansial maka pemuda harus mempelajari seluruh bagian pemanfaatan tekhnologi dari mulai infrastruktur, perangkat keras, maupun perangkat lunak. Tekhnologi bisa menciptakan alat dan aplikasi yang menjadikan pekerjaan menjadi lebih efektif dan efesien.

Kedua, melatih kemampuan dan meningkatkan pengetahuan umum. Sebagai individu yang independen, pikiran harus berdiri sendiri sehingga bisa menyampaikan pendapat, kritik, dan saran sesuai dengan yang dikehendaki. Tentunya tetap merujuk pada kebaikan dan kebenaran. Namun di samping itu, kemandirian intelektual ini juga sangat dibutuhkan masyarakat. Karena selain membutuhkan pemuda yang bertipe solidarity maker, masyarakat juga butuh pemuda yang problem solver. Akan ada banyak elemen yang mengajak untuk berkolaborasi pada pemuda yang memiliki pemikiran canggih dan mandiri.

Kondisi Indonesia saat ini memberi peluang yang besar bagi pemuda untuk menunjukan eksistensinya. Betapa tidak, menurut data Sensus Penduduk tahun 2018 menunjukan bahwa populasi penduduk berusia produktif (15-64 tahun) yaitu mencapai angka 179,13 juta jiwa atau sekitar 67,6% dari total seluruh penduduk Indonesia.

Hal tersebut menunjukan akan ada banyak sekali peluang yang tercipta diantaranya adalah pemintaan kebutuhan domestik yang tinggi, penguasaan kekayaan SDA, dan kontribusi pada perekonomian nasional maupun internasional.

Seperti yang sudah dibahas tadi, bonus demografi juga bisa menjadi ancaman tatkala dominasi pemuda hanya menjadi pengangguran dan tak memiliki kontribusi apa apa untuk negeri. Itulah mengapa sumpah pemuda ini harus menjadi refleksi yang besar terhadap perkembangan kualitas pemuda Indonesia. Kalau dulu bangkit dan bersatu untuk melawan penjajah, sekarang melalui sumpah pemuda ini, diharapkan pemuda tidak hanya sadar tapi mengambil bagian dalam mewujudkan Indonesia yang surplus SDM serta memiliki kemandirian intelektual dan finansial.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top