Mengimani Malaikat

0
Penulis: Alwi Husein Al Habib, Pengajar di Ponpes Nurul Furqon Rembang, ketua bidang PA HMI Cabang Semarang.

Malaikat biasanya dianggap sebagai makhluk gaib yang mengabdi kepada Allah SWT dengan melakukan tugas seperti menurunkan wahyu, menurunkan hujan, menjaga pintu surga, dan tugas serupa lainnya. Al-Qur'an menggambarkan malaikat sebagai makhluk yang taat dan tunduk kepada Allah. Seseorang yang beriman kepada malaikat hendaknya meneladani sikap ketaatan dan qudwah ini.

Dalam Al-Qur'an, kata malā'ikat mengacu pada hubungannya dengan Allah dan manusia. Tiga aspek dari hubungan yang berkaitan dengan manusia, yaitu; malaikat penjaga manusia, malaikat memantau perilaku manusia, dan malaikat mencatat perilaku baik dan buruk.

Tiga aspek tersebut —interaksi antara malaikat dan manusia— merupakan suatu prinsip yang dapat menjadi landasan untuk menciptakan rasa tanggung jawab atas segala aktivitas manusia. Pada saat yang sama, hal ini mengindoktrinasi orang untuk meyakini bahwa setiap tindakan—baik atau buruk—pasti menghasilkan balasan, dan ganjaran. Hal tersebut merupakan tanggungan yang mesti diterima setiap orang. Hal itu memberi dorongan bahwa pembinaan manusia yang bertakwa, beriman, dan berbudi moral bukanlah suatu idealisme yang tidak akan pernah dapat diwujudkan.

Meskipun Allah memiliki kuasa untuk melakukan tugas-tugas malaikat itu sendiri, tapi Allah berkehendak menjadikan perantara antara manusia dan Allah agar manusia merasa, dalam kehidupannya, ada yang mengawasi.

Dalam hubungannya dengan malaikat, seorang mukmin dapat merasakan keberadaan para malaikat tersebut dan berusaha mengubah pemikiran dan perilakunya agar tetap berpegang pada nilai-nilai moral yang berkat potensi intuitif (quwwah wijdaniyah) mereka.
Malaikat selalu mengajak manusia untuk berbuat baik. Mereka akan terus mengingatkan individu dengan berbagai cara untuk memastikan bahwa mereka tetap berada di koridor kebenaran yang benar-benar diizinkan oleh Allah SWT, termasuk dengan berkomunikasi atau menimpakan pembalasan Allah kepada orang-orang yang durhaka. Seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT dalam QS. Huud (11): 81;

قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ ٨١ ( هود/11: 81)

Artinya: “Mereka (segenap malaikat) berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan dibinasakan). Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam (dini hari) dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu (janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran) mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (Hud/11:81)

Sedangkan hubungan dengan Allah meliputi tiga aspek juga, yakni; malaikat diciptakan Allah, malaikat diutus Allah untuk mengurus berbagai urusan, dan malaikat diciptakan untuk terus taat dan menyembah Allah. 

Berbicara mengenai penciptaan malaikat, Al-Qur'an tidak menerangkan secara jelas bagaimana proses penciptaan malaikat itu terjadi. Tetapi dalam hadits, nabi menyampaikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Nabi bersabda: 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)

Artinya: “Diciptakan malaikat dari cahaya, jin dari api yang menyala-nyala, dan diciptakan manusia diciptakan dari apa yang telah digambarkan kepada kalian.” (HR. Muslim )

Sedangkan Rasulullah sendiri dalam hadits di atas tidak menjelaskan secara jelas dari jenis cahaya apa malaikat itu diciptakan begitu juga kapan malaikat itu di diciptakan.

Secara fungsional, makna malaikat sebagai utusan Allah (the messengers of Allah) sedikitnya mempunyai dua kategori. Pertama, malaikat sebagai utusan Allah yang bertugas untuk mengatur tatanan hukum alam yang meliputi susunan alam raya baik mikrokosmos maupun makrokosmos. Fungsi tersebut dapat dilihat dalam ayat-ayat Al-Qur'an, diantara ayat ayat yang menerangkan fungsi tersebut adalah pada QS. al-Isra : 17: 95, QS. al Fathir: 35: 1, QS. al-Mursalat: 77: 1, QS. al-An’am: 6: 61, QS. az-Zukhruf: 43: 80. Kedua, malaikat sebagai utusan Allah yang bertugas untuk menyampaikan ajaran dan ketetapan Allah di antaranya terdapat dalam QS. an Nahl: 16: 2, QS. asy-Syu’ara: 26: 51 dan QS. al-Hajj: 22: 75.
Sebagai ciptaan Allah, malaikat merupakan makhluk yang paling tunduk dan patuh. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah SWT dan terus berdzikir dan memuji kebesaran Allah. Allah mengungkapkan hal tersebut dalam firman-firman-Nya seperti dalam QS. Al-Anbiya’ (21) ayat 19;

وَلَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَنْ عِنْدَهٗ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَلَا يَسْتَحْسِرُوْنَ ۚ ١٩ ( الانبياۤء/21: 19)

Artinya: “Hanya milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tidak (pula) merasa letih.” (Al-Anbiya'/21:19)

Dalam Al-Qur'an istilah ibadahnya para malaikat sering menggunakan istilah al-tasbih dan hampir semua istilah tersebut dalam Al-Qur'an diposisikan sebagai ibadahnya para malaikat. Para malaikat tidak pernah bosan-bosannya untuk bertasbih siang dan malam, ini mengindikasikan bahwa bertasbihnya malaikat merupakan bentuk ketaatan dan kepatuhan dalam melaksanakan perintah Allah tanpa adanya sedikitpun pembangkangan. Allah berfirman;

تَكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِى الْاَرْضِۗ اَلَآ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥ ( الشورى/42: 5)

Artinya: “(Karena keagungan-Nya,) hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya dan malaikat-malaikat bertasbih dengan memuji Tuhannya serta memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allahlah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Asy-Syura/42:5)
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top