Oleh: Muhammad Ikhsan Hidayat, Mahasiswa jurusan Arsitektur UIN Walisongo dan Ilmu Komunikasi UNISS
Kata kritik sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan
orang. Secara umum, kritik merupakan sebuah proses dalam mengevaluasi dan
menganalisis sesuatu yang kiranya itu kurang tepat. Masih luas sebenarnya makna
dari kritik itu— ketika kita mengaplikasikan lebih lanjut dalam kehidupan
sehari-hari. Lalu muncullah pertanyaan, Seberapa pentingkah mengkritik itu?
Kritik merupakan diantara upaya agar kita bisa saling
mengingatkan sesama manusia. Sebab, manusia memang tempatnya salah dan dosa dan
itu sudah melekat pada dirinya masing-masing. Terlebih ketika kita merupakan
manusia biasa, bukan yang diutus oleh Allah sebagai Nabi ataupun Rasul. Pasti
banyak kesalahan yang kita perbuat. Begitupun dengan pemimpin, dalam menjalani
kepemimpinan, pasti terdapat banyak kesalahan.
Untuk itu, ketika melihat kesalahan, kita haruslah
mengubahnya, minimal dengan menegur. Karena dengan begitu, akan semakin membaik
kehidupan yang kita jalani. Sama halnya dengan Indonesia yang merupakan negara
demokrasi, masyarakatnya pun turut andil atau menjadi bagian dari tanah air.
Maka, perlunya taat kepada pemimpin selama ia berpegang teguh terhadap ajaran
agama, tidak melenceng, dan senantiasa menjaga hubungan dengan masyarakat.
Dari Abdullah ra (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau
bersabda: Mendengar dan taat adalah wajib bagi setiap muslim, baik yang ia
sukai maupun yang tidak ia sukai, selama ia tidak diperintahkan melakukan
kemaksiatan. Adapun jika ia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada hak
mendengar dan menaati (HR. al-Bukhari).
Etika, merupakan hal yang tak kalah penting dan mesti
diterapkan dalam mengkritik. Ialah dengan menggunakan bahasa yang santun dalam
kritik bukan dengan mencaci. Bukan kritik dengan kata kata kasar. Serta perlu
diingat, bahwa yang kita kritik adalah kesalahan yang itu mesti diperbaiki.
Tidak dengan niat untuk balas dendam ataupun sebab dengki terhadap orang lain.
Karena kritik yang baik akan membuat orang yang
dikritik menyadari dan akan memperbaiki. Ada hal penting yang mesti
diperhatikan oleh orang yang mengkritik, yakni pemahaman akan sesuatu yang di
kritiknya. Maka, seseorang pun harus memiliki ilmu yang mumpuni dalam
mengkritik, agar nantinya tidak keliru, dengan menyalahkan yang benar, atau
membenarkan yang salah. Karena itu tidak dibenarkan dalam agama.
Kritiklah dengan kesantunan disertai solusi. Sebab bukan
menjadi solusi apabila kritik disampaikan dengan tujuan untuk menjatuhkan.
Maka, berilah kritik yang membangun. Agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Gunakan kritik sebagai sarana evaluasi dan membuat maju. Bukan dengan celaan.
Untuk itu, diperlukan nilai nilai yang menunjukkan
ciri khas bangsa Indonesia. Kelembutan dan kesantunan begitu dibutuhkan,
terutama dalam mengkritik. tidak
dibenarkan mencaci, menghina, dan bermaksud untuk merendahkan. Jangan sampai kritik
mengantarkan kita kepada penyakit hati yang sulit diobati.
Kemudian, mengenai perlu atau tidaknya solusi setelah
kritik, jawabannya bisa saja perlu. Namun, coba kita pikirkan lagi—ketika inti
permasalahan sudah tersampaikan, apakah masih perlu solusi? Saya kira orang
yang dikritik sudah paham tentang solusi setelah disampaikannya pokok
permasalahan kepadanya. wallahu a’lam bi-al shawwab
Artikel ini telah tayang di Baladena.id Kritik: Haruskah dengan Solusi?