Oleh: Rosyad Amongrogo, Kabid PU HMI Cabang Semarang
Pendidikan formal semisal SD, SMP, SMA adalah salah satu bentuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai luhur kepada anak-anak yang merupakan calon penerus bangsa. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik tak hanya bertugas Transfer of Knowledge tetapi juga Transfer of Value. Sehinga anak pada nantinya terbentuk menjadi manusia yang berkualitas dan bermoral baik. Selain pendidikan formal ada juga lembaga yang berperan penting dalam pembenetukan akhlak yaitu pesantren.
Di pesantren, seorang santri (baca;Santri) diajari bagaimana menjadi pribadi yang mengamalkan kedisiplinan khususnya dalam sholat. Karena mereka di tuntut untuk menjadi pribadi muslim yang taat. Selain itu di pesantren santri juga diajarkan sebuah disiplin ilmu agama islam yang tentunya mengajarkan konsep rahmatan lil ‘alamin.
Dalam konsep tersebut secara tidak langsung santri dituntut menjadi seorang pribadi yang berakhlak qur’ani. Karena di pesantren diajarkan prinsip tolong menolong (Al-Ma’idah; 2), tentang etika ketika duduk di dalam majlis(Al-Mujadilah; 11) menolak suatu keburukan dengan cara yang baik (Fushilat; 34) dan tentang menghargai kepercayaan orang lain( Al-Kafirun; 6) selain Al-Qur’an santri juga diajari kitab-kitab yang juga menunjang akhlak semisal kitab Ta’lim Muta’alim yang mengupas adab seorang murid. Lengkap sudah bagaimana Value (Nilai) yang diajarkan pesantren kepada seorang santri.
Nilai-nilai tinggi yang diajarkan kepada santri seharusnya menjadi awal sebuah tingginya peradaban. Sebab bermula dari nilai-nilai maka timbul sebuah prilaku atau perbuatan yang jika dijalankan secara terus menerus akan menimbulkan sebuah tradisi. Jika tradisi ini dajalankan oleh semua golongan secara bersama maka terbentuklah sebuah peradaban. Jadi, tingginya nilai-nilai yang dianut menetukan seberapan Tingginya sebuah peradaban.
Peradaban sendiri terdiri dari kata “adab” yang berarti akhlak. Jika kita simpulkan berarti sebuah peradaban timbul dari etika atau akhlak yang berlaku di masyarakat. Hal ini sesuai dengan uraian diatas dan dapat disimpulkan pula bahwa peradaban berbanding lurus dengan akhlak yang didapatkan dari nilai (Value).
Santri Idaman Pemimpin Negeri
Melihat realitas yang ada di Indonesia yang hampir setiap pekan masyarakat disuguhi fenomena kasus suap dan korupsi yang dilakukan oleh para pemimpin-pemimpin negeri. Hal ini bisa menjadi salah satu tonggak ukuran bobroknya akhlak atau moral petinggi negeri ini. Karena hal yang jelas-jelas hak rakyat dan bukan haknya mereka ambil. Demikian itu bisa dikatakan dholim. Dari hal tersebutlah seorang santri harus mengambil alih pemangku kekuasaan karena ditangan dan akhlaknya ada peradaban tinggi menanti untuk diamalkan melalui kebijakan negara.
Seorang pemimpin adalah figur dalam sebuah negara. Dia adalah gambaran bagaimana rakyat-rakyatnya dari akhlak sampai kedalaman ilmunya semua tercermin dalam icon pemimpin. Sudah selayaknya santri itu mengambil peran penting sebagai pengambil kebijakan negara. Karena Seorang santri adalah pemimpin idaman karena tidak hanya ilmu saja yang dia miliki tetapi dia juga memiliki akhlak. Wallahu ‘alam bi al-showab