Menciptakan iklim yang mendukung pengembangan usaha membutuhkan knowledge management (KM) yang bekerja. KM atau manajemen pengetahuan (MP) dapat kita pahami sebagai upaya melakukan segala sesuatu untuk memperoleh sumber pengetahuan lebih banyak. Peter Drucker, yang dikenal sebagai bapak MP, menyebut kelangsungan organisasi semakin bergantung pada kualitas dan produktivitas pengetahuan. Hal ini menjadikan suatu organisasi, khususnya yang berbasis profit, akan memunculkan keunggulan dibanding komptetitor dalam industri sejenis.
Kementerian Koperasi dan UMKM pada laman dataindonesia.id (19/1) menyebut jumlah UMKM di Indonesia pada 2019 mencapai angka 65,47 juta unit dan baurannya menyentuh angka 99,99 persen dari total usaha yang ada. Melihat banyaknya pembatasan yang dialami masyarakat, terlebih pelaku usaha mikro kecil dan menengah, momentum mudik perlu digencarkan sebagai sharing session antara pelaku usaha di kota-kota besar dan wirausahawan di pedesaan. Beberapa kekuatan yang mempengaruhi MP:
Pertama, meningkatnya kompleksitas pengetahuan. Pesatnya kemajuan teknologi, serbuan pendatang baru dalam suatu industri, berpotensi menggoyahkan loyalitas konsumen akan produk yang telah digunakannya. Claudia Bobalca dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa loyalitas konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepuasan, komitmen, kepercayaan, keterlibatan, risiko yang dirasakan, switching cost, serta kebiasaan pembeli. Ambil contoh bisnis pengolahan makanan. Sebagai negara maritim, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di tahun 2015 menyebut potensi perikanan Indonesia menyentuh angka 1,2 trilyun US Dollar dan dapat menyerap hingga 40 juta tenaga kerja di sektor perikanan tangkap serta pengolahannya.
Perbanyakan UMKM di daerah pesisir pantai maupun dekat perairan
darat tentu dapat menyerap banyak tenaga kerja. Ketika sudah banyak usaha
pengolahan makanan, misalnya bandeng presto, fillet kakap, pempek, dan bakso
ikan, MP perlu diwujudkan dengan membuat iklim yang mewadahi gagasan pegawai
supaya kebaruan produk dapat terus diproduksi. Hal sederhana yang sering
dilakukan yakni dengan menambah varian rasa, keawetan masa simpan, maupun
kemudahan distribusi.
Kedua,
mempercepat kelincahan pasar. Kelincahan pasar sangat dipengaruhi kebijakan
badan usaha dalam mengelola lab riset dan pengembangannya. Perusahaan skala
besar cenderung mengalokasikan anggaran cukup tinggi demi lahirnya inovasi yang
menambah keunggulan bersaing dengan kompetitor. Sekarang, mari kita sesuaikan
MP-nya dalam lingkup UMKM. Industri dengan perubahan trend yang cepat
salahsatunya fashion. Bisnis yang bergerak di bidang pakaian tentu
merasakan antusiasnya masyarakat Indonesia akan corak motif nusantara. Peluang
ini akan cocok bila banyak diselenggarakan workshop dan kompetisi desain
yang melibatkan kaum muda mudi. Hasil karya pemenang dapat diakuisisi guna
diproduksi massal dan diberikan apresiasi bagi desainernya.
Ketiga,
kecepatan respons pada pelanggan. Makin meratanya akses teknologi membantu
pengelolaan bisnis masyarakat, begitu pula UMKM. Pembelajaran mengelola
keuangan, membuat grup diskusi dengan pegawai, hingga menyusun laporan tahunan
terbantu aplikasi baik yang berbayar maupun bebas diunduh. Mengenai pelayanan transaksi,
digitalisasi mesti dimanfaatkan pengelola usaha supaya antara barang atau jasa
yang dihasilkan secara kontinu maupun pesanan mampu diorganisir kanal
pemesanannya dengan baik. Ambil contoh penggerakan MP pada home industry yang
berbasis kerajinan tangan. Mulai dari gerabah, genteng, ubin, hingga kerajinan
seperti anyaman tentu memproduksi secara massal. Display barang yang
siap dipesan perlu dipajang di toko maupun media sosial beserta keterangan dan
kontak pemesanan. Namun bila ada pagelaran acara tahunan, pengusaha dapat
membuat proposal penawaran (tender) yang akan dikirim melalui perwakilan
penjualan menuju klien.
Terakhir, perputaran karyawan. Manusia menjadi unsur utama dalam sumber daya organisasi karena kemampuannya untuk mengelola unsur money, material, machine, methods, dan market. Penataan jenjang karier yang sudah disusun pasti akan berubah bila banyak pegawai yang keluar masuk organisasi. Disayangkan juga anggaran yang dialokasikan untuk traning dan coaching bila demikian. Menghadapi banyaknya tawaran kerja yang memenuhi pasar sejenis, beberapa hal yang dapat dilakukan suatu badan usaha adalah memberi reward, menyusun jenjang karier yang menjanjikan bagi kesejahteraan karyawan, maupun menawarkan kesempatan kepemilikan usaha dalam persentase tertentu.
Optimalisasi MP membantu suatu badan usaha mereproduksi gagasan. Tidak terkecuali dengan UMKM. Bisnis ini mendorong timbulnya banyak lapangan kerja baru maupun peningkatan kemakmuran penduduk setempat. Dari sudut pandang pengusaha, partisipasi pembangunan kekuatan perekonomian perlu dikembangkan. Sedangkan pada konsumen, kecintaan pada produk dalam negeri mesti dipupuk untuk menghadirkan kemandirian bangsa akan pemenuhan kebutuhan.
Oleh Adiyaksa R. Firdaus, Mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Diponegoro.