HMI: Menyatukan yang Seharusnya Bersatu

0
Oleh: Romadiah, Direktur BPL HMI Cabang Semarang

Fenomena sikap toleransi atau yang dikenal dengan istilah moderasi beragama menjadi suatu hal yang lumrah bagi pemuka agama. Gerakan untuk menghormati penganut agama lain menjadi hal yang perlu digalakkan menurut beberapa kalangan.

Hal ini wajar-wajar saja dan agama pun membahas terkait yang demikian itu. Seperti halnya Nabi Muhammad yang memberi makan seorang Yahudi buta. Terkait konsep memberikan kemerdekaan bagi manusia untuk memilih agamanya jika tidak mau untuk masuk Islam juga telah dibahas dalam al-Qur'an Surah al-Kaafiruun ayat terakhir. Selain itu, di dalam Qur'an Surah al-An'aam ayat 108 juga disebutkan bahwa umat Islam dilarang untuk mencaci sesembahan orang-orang kafir:

وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami menjadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." 

Ayat al-Qur'an tersebut juga memberikan makna tentang membentengi diri kita agar tidak mencaci lantaran menjaga agama (hifdlu ad-Diin). Untuk konsep ini, kita pasti tidak awam lagi dan sering ditekankan di bangku sekolah, bahkan sejak sekolah dasar. 

Namun, terkait Islam yang plural nampaknya sangat jarang terdengar di telinga kita.

Hadirnya hadits Nabi tentang umat Islam yang terpecah menjadi 72 golongan menjadikan umat Islam saling klaim kebenaran dan menganggap aliran lain salah bahkan sesat. Bahkan, saling mengkafirkan menjadi hal yang wajar. Inilah yang perlu kita pikirkan secara lebih mendalam. Pada dasarnya, Islam lahir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Bukan malah membawa madlarat yag besar. Umat Islam yang sesungguhnya itu sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW: 
 
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

 
Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti.
Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.

Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.
Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.

Perbedaan firqah nampaknya menjadi hal yang serius. Saling mencaci satu sama lain dan dengan mudah melupakan Ayat al-Qur'an Surah Ali Imran 103 yang menjadi landasan untuk meningkatkan solidaritas. 

Dalam konteks pluralitas Islam, HMI hadir sebagai penyatu umat Islam yang memiliki perbedaan firqah, perbedaan aliran, perbedaan madzhab, bahkan perbedaan Ormas. Syarat masuk HMI sangatlah simpel, Mahasiswa dan Islam. 
Hadirnya HMI merupakan peluang emas dalam rangka membasmi adanya sikap merasa paling benar. Adanya HMI patut kita syukuri karena akan memberikan peluang bagi bersatunya Islam. Namun, apakah kader HMI sebagai penggerak organisasi sanggup menyatukan yang seharusnya bersatu?
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top