Oleh: Aditia Firmansyah, Departemen Bidang Medkom HMI Cabang Semarang 2022-2023
Ketika seseorang menaiki vespa, dan bertemu dengan pengendara vespa yang lain, spontan akan terjadi saling sapa, dengan memencet bel misalnya atau yang lain, kendati tak saling mengenal sebelumnya.
Hal demikian lazim terjadi, seakan pengendara vespa satu dan lainnya disaudarakan oleh vespa.
Bahkan tidak hanya sekedar saling sapa. Biasanya, sesama pengendara vespa juga akan berusaha menolong satu dengan yang lainnya ketika ada salah satu vespa dari mereka mengalami mogok.
Contoh saja Zaim Ahya bersama kawan-kawan (Dedik Kurniawan, Isalfaisal, Tolkhah Danial, Muhammad Syaiful), kira-kira dua tahun silam, pernah merasakan apa yang orang-orang menyebutnya “solidaritas vespa.”
Waktu itu mereka ingin mengikuti acara vespa di Jogja. Mereka berangkat bakda Maghrib. Di luar dugaan, karena sebelummya mereka sudah mengecek kesehatan vespa masing-masing, salah satu vespa yang kami kendarai, dan itu vespa yang Zaim naiki, tiba-tiba mengalami goncangan di roda belakang. Lantaran goncangan itu, hampir mereka terperosok ke sawah pinggir jalan.
Mereka pun berhenti dan tertawa lebih dulu sebelum memeriksa keadaan vespa. Mungkin karena salah satu dari mereka adalah seorang Pakar vespa (Dedik), jadi mereka tetap bisa santai.
Setelah diperiksa, ternyata tromol roda belakang patah. Konsekuensinya harus menggatinya. Padahal waktu itu tengah malam, dan mereka berada di jalan Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung.
Mereka mencoba mencari bengkel terdekat, tapi tak ada yang buka. Untungnya ada salah satu dari teman mereka yang pakar itu berhasil menemukan kontak, via facebook kalau ingat akan tak khilaf, menghubungi pegiat vespa di daerah Pararakan yang memiliki persedian tromol.
Dua dari mereka, salah satunya Zaim, memutuskan ke Parakan dan sisanya tetap tinggal menunggui vespa.
Mereka berdua disambut hangat oleh pegiat vespa Parakan itu, padahal belum pernah ketemu. Tromol pun mereka peroleh dengan harga murah. Bahkan ia mengatakan, jika tromol ini miliknya, boleh dibawa tanpa harus bayar.
Ia pun meminjamkan sebuah kunci yang dibutuhkan untuk mengganti tromol vespa. Tak ada jaminan apa pun. Katanya, nanti bisa dikembalikan di Jogja kalau bertemu. Rencananya ia juga akan berangkat ke acara vespa di Jogja atau ketika mereka pulang.
Dari kisah ini, kita bisa mengambil pelajaran tentang solidaritas vespa yang sangat kuat. Mereka dipersaudakan oleh sebuah vespa. Sesama pengendara vespa mereka akan saling membantu dan tolong-menolong.
Sama hal nya dengan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tak lain karena persatuan seluruh rakyat Indonesia dari berbagai kelompok dalam mengalahkan penjajah. Mereka disaudarakan oleh rasa yang sama yaitu dijajah. Dengan itu, mau tidak mau agar tidak dijajah lagi, seluruh rakyat Indonesia harus bersatu dalam memerdekakan Negara Indonesia dan mengalahkan penjajah.
Bhinneka Tunggal Ika “Berbeda-beda tapi tetap satu jua” merupakan semboyan persatuan indonesia, walaupun berbeda suku, ras, agama, dan budaya tetapi tetap satu tujuan yaitu “Merdeka”
Bung Karno pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri. ” Dan ia juga mengatakan bahwa seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang mampu mengubah dunia. Itulah perkataan Bung karno yang dapat menggambarkan bagaimana model penjajahan masa dulu dan masa kini, serta pengaruh pemuda. Karena itu, kita sebagai pemuda harus bersatu melawan segala bentuk penjajahan, termasuk penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri.
Kita ibaratkan saja vespa itu negara dan pengendaranya adalah seluruh rakyat Indonesia, maka yang terjadi adalah solidaritas yang kuat atas dasar negara atau bisa disebut dengan semangat Nasionalisme (cinta tanah air).
Dengan itu, kita tidak akan dijajah oleh bangsanya sendiri yang hanya mementingkan kepentingan suatu kelompok atau diri sendiri tetapi lebih mementingkan kepentingan negara Indonesia.