Oleh: M. Ikhsan Hidayat, Wasekum Bidang Media dan Komunikasi HMI Cabang Semarang
Kata kritik sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Secara umum, kritik merupakan sebuah proses dalam mengevaluasi dan menganalisis sesuatu yang kiranya itu kurang tepat. Masih luas sebenarnya makna dari kritik itu— ketika kita mengaplikasikan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Lalu muncullah pertanyaan, Seberapa pentingkah mengkritik itu?
Kritik merupakan diantara upaya agar kita bisa saling mengingatkan sesama manusia. Sebab, manusia memang tempatnya salah dan dosa dan itu sudah melekat pada dirinya masing-masing. Terlebih ketika kita merupakan manusia biasa, bukan yang diutus oleh Allah sebagai Nabi ataupun Rasul. Pasti banyak kesalahan yang kita perbuat. Begitupun dengan pemimpin, dalam menjalani kepemimpinan, pasti terdapat banyak kesalahan.
Untuk itu, ketika melihat kesalahan, kita haruslah mengubahnya, minimal dengan menegur. Karena dengan begitu, akan semakin membaik kehidupan yang kita jalani. Sama halnya dengan Indonesia yang merupakan negara demokrasi, masyarakatnya pun turut andil atau menjadi bagian dari tanah air. Maka, perlunya taat kepada pemimpin selama ia berpegang teguh terhadap ajaran agama, tidak melenceng, dan senantiasa menjaga hubungan dengan masyarakat.
Dari Abdullah ra (diriwayatkan) dari Nabi saw, beliau bersabda: Mendengar dan taat adalah wajib bagi setiap muslim, baik yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai, selama ia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan. Adapun jika ia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada hak mendengar dan menaati (HR. al-Bukhari).
Etika, merupakan hal yang tak kalah penting dan mesti diterapkan dalam mengkritik. Ialah dengan menggunakan bahasa yang santun dalam kritik bukan dengan mencaci. Bukan kritik dengan kata kata kasar. Serta perlu diingat, bahwa yang kita kritik adalah kesalahan yang itu mesti diperbaiki. Tidak dengan niat untuk balas dendam ataupun sebab dengki terhadap orang lain.
Karena kritik yang baik akan membuat orang yang dikritik menyadari dan akan memperbaiki. Ada hal penting yang mesti diperhatikan oleh orang yang mengkritik, yakni pemahaman akan sesuatu yang di kritiknya. Maka, seseorang pun harus memiliki ilmu yang mumpuni dalam mengkritik, agar nantinya tidak keliru, dengan menyalahkan yang benar, atau membenarkan yang salah. Karena itu tidak dibenarkan dalam agama.
Kritiklah dengan kesantunan disertai solusi. Sebab bukan menjadi solusi apabila kritik disampaikan dengan tujuan untuk menjatuhkan. Maka, berilah kritik yang membangun. Agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Gunakan kritik sebagai sarana evaluasi dan membuat maju. Bukan dengan celaan.
Untuk itu, diperlukan nilai nilai yang menunjukkan ciri khas bangsa Indonesia. Kelembutan dan kesantunan begitu dibutuhkan, terutama dalam mengkritik. tidak dibenarkan mencaci, menghina, dan bermaksud untuk merendahkan. Jangan sampai kritik mengantarkan kita kepada penyakit hati yang sulit diobati.
Kemudian, mengenai perlu atau tidaknya solusi setelah kritik, jawabannya bisa saja perlu. Namun, coba kita pikirkan lagi—ketika inti permasalahan sudah tersampaikan, apakah masih perlu solusi? Saya kira orang yang dikritik sudah paham tentang solusi setelah disampaikannya pokok permasalahan kepadanya. Wallahu a’lam bi-al shawwab