Kerangka Berpikir Keislaman dan Keindonesiaan Kader HMI

0
Oleh: Alwi Husein Al Habib, Kabid PA HMI Cabang Semarang

Himpunan Mahasiswa Islam lahir atas tanggapan berbagai permasalahan. Pada saat awal berdiri HMI, tujuannya hanya dua yakni mempertahankan NKRI serta meningkatkan derajat rakyat Indonesia dan untuk mengajarkan atau menyebarkan ajaran agama Islam. Jika ditarik benang pokoknya, maka akan muncul dua tujuan besar HMI yang disebut dengan misi keIslaman dan keIndonesiaan.

HMI merupakan organisasi yang berorientasi membentuk kader umat dan kader bangsa. Kader umat identik dengan misi kenabian sebagaimana seorang nabi yang mempunyai umat untuk ia bimbing menuju rida Allah. Pembimbingan menuju rida Allah butuh pedoman dan petunjuk agar sesuai dengan yang Allah hendaki. Maka, Allah menurunkan sebuah kitab yang berisi tidak hanya pedoman untuk urusan ukhrowi (akhirat) tapi kompleks sampai dunia dan bahkan lebih detail.

Sebagai organisasi Islam, tentu HMI punya ideologi yang bersumber dari Islam. Jangankan geraknya, nafasnya saja sudah Islam dilihat dari tujuan HMI yang bernafaskan Islam. Itu artinya, segala pergerakan dan pemikiran HMI bersumber dari Islam. Maka, kerangka berpikir keislaman kader HMI terletak pada ajaran pokok alquran dan hadis.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

Berpegang teguh pada al-Qur'an dan Hadis adalah suatu hal mutlak bagi kader HMI khususnya dan umat Islam umumnya. Dengan demikian, mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alquran dan hadis bagi kader HMI hukumnya menjadi wajib. Ilmu dasar sebagai pijakan ber-quran dan hadis mesti dikuasai dan dimasukan ke dalam kurikulum keislaman kader HMI. Itulah yang nantinya dapat membuat HMI bergerak sesuai pemahaman akan Qur'an dan hadis dan tidak menurutkan hawa nafsu dan keinginan buta semata.

Sedangkan sebagai kader bangsa, HMI perlu memformulasikan gagasan Islam dalam lingkup kebangsaan. Itu disebabkan karena Islam memiliki nilai-nilai yang universal. Di Alquran tidak dibahas mengenai sistem sebuah negara sehingga boleh dilakukan pembentukan sistem sesuai dengan kearifan di negara tersebut. Tapi, yang terpenting adalah nilai Islam itu dapat ditransformasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Juga reinterpretasi terhadap teks-teks (ayat suci alquran dan hadis) yang mesti disesuaikan dengan tuntutan kekinian.

Selain itu, karena nilainya yang universal maka Islam perlu dihadirkan dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk. Pun dalam budaya dan tradisi masyarakat, perlu adanya penyatuan pemahaman. Ini karena banyak yang menentangkan antara budaya dan agama yang seharusnya tidak dipertentangkan. Tapi nanti itu menjadi diskursus tersendiri bagaimana mengelola budaya itu agar sesuai dengan nilai yang Islam ingin bangun. Pada dasarnya, budaya dan tradisi di Indonesia bukan untuk dipertentangkan melainkan untuk dicarikan solusi agar bisa berjalan beriringan dengan Islam sebagai satu kesatuan. 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top